Monday, March 8, 2010

mata kuliah adaptif softskill Bahasa Indonesia 1

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang


Pemanasan global pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4),nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), dinitrooksida (N2O), dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Keadaan ini akan terus menerus sehingga mangakibatkan suhu rata rata tahunan bumi meningkat. Sebenarnya efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpa efek rumah kaca planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperature rata rata sebesar 15°C, bumi sebenarnya telah menjadi lebih panas 33°C dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca, suhu bumi sebenarnya hanya -18°C sehingga es akan menutupi permukaan bumi. Namun, sebaliknya apabila gas gas tersebut telah berlebihan di atmosfer akan mengakibatkan pemanasan global. Berbagai literature manunjukkan kenaikkan temperatur global termasuk Indonesia yang terjadi pada kisaran 1,5-40°C pada akhir abad 21.
Pemanasan global membawa dampak yang serius bagi lingkungan seperti melelehnya es di kutub, kenaikkan permukaan air laut, peningkatan intensitas curah hujan dan banjir, kemarau berkepanjangan, suhu udara yang meningkat dan semakin panas, perubahan iklim dan punahnya flora dan fauna tertentu.
Ketika atmosfer menghangat, maka lapisan permukaan lautan juga akan menghangat sehingga volume nya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan air laut. Es di kutub yang mencair juga akan menambah tinggi permukaan air laut. Tinggi permukaan air laut di seluruh dunia telah meningkat 10-25cm (4-10inch) selama abad ke-20. Meningkatnya permukaan air laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikkan 100cm (40inch) akan menenggelamkan sekitar 6% daerah Belanda dan banyak pulau akan mengalami erosi dari tebing, abrasi pantai, dan peningkatan volume bukit pasir. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat. Kenaikkan permukaan air laut juga akan membahayakan ekosistem pantai termasuk hutan mangrove.
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit untuk menghindar dari pemanasan global karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya karena habitat lamanya telah menjadi terlalu hangat. Menurut penelitian dari Universitas California mengindikasikan bahwa kupu kupu terkena dampak berat karena pemansan suhu dan kehilangan habitat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, dapat di identifikasikan masalahnya sebagai berikut :
1. Kenaikkan suhu rata rata tahunan bumi
2. Penyebab terjadinya global warming
3. Gejala terjadinya global warming
4. Apa sebenarnya dan bagaimana proses efek rumah kaca itu
5. Dampak dari terjadinya global warming
6. Dampak global warming khususnya bagi kehidupan flora dan fauna
7. Global warming mengakibatkan naiknya permukaan air laut
8. Dampak akibat naiknya permukaan air laut
9. Hal yang harus dilakukan untuk menangani masalah global warming


C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah terseut di atas, penulis mengambil pokok permasalahannya pada butir ke 3, 4, 7 dan 9 :
1. Gejala gejala telah terjadinya global warming
2. Pengertian dan proses terjadinya efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya global warming
3. Dampak dari global warming salah satunya adala naiknya permukaan air laut. Bagaimana dampak dari naiknya permukaan air laut
4. Hal hal yang harus dilakukan untuk mengendalikan pemanasan global

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dibatasi seperti pembatasan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Sebutkan dan jelaskan gejala gejala dari terjadinya global warming ?
2. Apa pengertian dan bagaimana proses terjadinya efek rumah kaca ?
3. Bagaimana global warming dapat menyebabkan naiknya permukaan air laut dan jelaskan dampak yang akan timbul apabila air laut meningkat ?
4. Apa yang harus dilakukan untuk mengendalikan global warming ?

E. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas softskill Bahasa Indonesia juga untuk mengetahui apa saja gejala gejala yang mengindikasikan terjadinya global warming, proses terjadinya efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya global warming, dampak yang mungkin terjadi apabila permukaan air laut mengalami peningkatan dan juga untuk mengetahui hal hal apa saja yang dapat kita lakukan untuk mengendalikan atau mungkin juga mengurangi dampak dari global warming.

F. Manfaat Penulisan

Dari penulisan makalah ini, penulis menjadi lebih memahami dan mengharapkan masyarakat juga mengetahui tentang gejala apa saja yang megindikasikan terjadinya global warming, proses terjadinya efek rumah kaca, dampak yang timbul apabila permukaan air laut mengalami kenaikkan, dan hal hal apa saja yang harus kita lakukan untuk mengendailakn atau minimal dapat mengurangi dampak dari global warming.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Gejala Gejala Yang Mengindikasikan Terjadinya Global Warming

Pemanasan global pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terperangkapnya gas gas seperti karbondioksida, metana, dinitrooksida dan CFC (pendingin ruangan dan hair spray) atau yang lebih sering disebut dengan efek rumah kaca. Di bawah ini dijelaskan beberapa gejala yang mengindikasikan telah terjadinya global warming di planet kita.

Kebakaran Hutan Besar-Besaran
Seperti yang kita semua ketahui bahwa hutan adalah paru paru dunia karena tumbuhan menyerap salah satu gas yang menyebabkan efek rumah kaca yaitu karbondioksida pada siang hari. Namun ketika musim kemarau tiba, hutan hutan di Indonesia banyak yang mengalami kebakaran. Penyebabnya bermacam macam, mulai dari pembukaan lahan oleh penduduk untuk bercocok tanam, membuang sampah (puntung rokok) di hutan sampai karena meningkatnya temperature udara yang kian panas atau factor alam. Bukan hanya hutan di Indonesia yang mengalami hal tersebut, hutan di Amerika pun mengalami hal yang sama. Kebakaran hutan meluluhlantakan lebih banyak area dalam tempo yang lebih lama juga. Ilmuwan mengkaitkan kebakaran yang merajalela ini dengan temperature yang kian panas dan salju yang meleleh lebih cepat. Karena temperature yang kian panas itulah yang membuat hutan menjadi lebih kering sehingga lebih mudah terbakar.

Situs Purbakala Cepat Rusak
Akibat alam yang menjadi tidak bersahabat, sejumlah kuil, situs bersejarah, candid an artefak lebih cepat rusak dibandingkan beberapa waktu silam. Banjir, suhu yang mengalami perubahan ekstrim, dan pasang nya air laut yang menyebabkan itu semua. Seperti yang terjadi di Thailand, situs bersejarah yang telah berusia ±600 tahun sudah rusak akibat dari banjir besar.

Ketinggian Gunung Berkurang
Tanpa disadari banyak orang, pegunungan Alpen sebenarnya telah mengalami penyusutan ketinggian. Menyusutnya ketinggian pegunungan Alpen ini disebabkan oleh melelehnya es yang selama ini menutupi puncak pegunungan Alpen. Selama ratusan tahun, berat lapisan es telah mendorong permukaan bumi akibat tekanannya. Saat lapisan es tersebut meleleh, berat beban ini terangkat dan permukaan perlahan terangkat kembali.

• Satelit Bergerak Lebih Cepat

Emisi karbondioksida membuat planet bumi ini menjadi lebih cepat panas bahkan hal tersebut imbasnya sampai ke ruang angkasa. Udara yang berada pada lapisan terluar bumi / atmosfer sangatlah tipis, namun dengan jumlah karbondioksida yang terus bertambah maka molekul di atmosfer bagian atas menyatu lebih lambat dan cenderung memancarkan energi sehingga mendinginkan udara di sekitarnya. Semakin banyak karbondioksida yang berada di atas sana maka atmosfer akan menciptakan lebih banyak dorongan sehingga satelit akan bergerak lebih cepat.

Seleksi Alam
Akibat musim yang tidak bisa di prediksi, maka hanya makhluk hidup yang kuat bertahanlah yang bisa bertahan hidup. Misalnya saja pada saat musim dingin, akibat global warming yang menyebabkan perubahan iklim yang tak menentu sehingga mengakibatkan musim dingin dengan suhu yang ekstrem dan berkepanjangan yang mengakibatkan makhluk hidup (terutama hewan dan tumbuhan) berjuang keras untuk hidup. Sungai sungai yang membeku menjadi es membuat hewan hewan kesulitan mencari air. Tumbuhan juga tidak tumbuh karena suhu yang terlalu dingin padahal tumbuhan membutuhkan sinar matahari untuk hidup. Karena tumbuhan yang tidak tumbuh itulah yang menjadi salah satu dari banyaknya hewan yang mati karena tidak mendapatkan makanan. Begitu pula bila musim panas tiba, musim panas atau kemarau yang berkepanjangan juga mengakibatkan sungai sungai mengalami kekeringan yang membuat semua hewan atau makhluk hidup yang bergantung kepadanya menjadi kesulitan mendapatkan air untuk kelangsungan hidup mereka. Tanaman juga memerluka air untuk hidup namun ketika sungai sungai mengalami kekeringan dan tanah juga kekeringan sehingga persediaan air dala tanah menipis, tumbuhan juga akan mati. Hal tersebut berlaku bagi seluruh makhluk hidup termasuk juga di dalamnya adalah manusia.

Pelelehan Es Besar-Besaran
Bukan hanya temperature suhu rata rata tahunan bumi yang memicu pelelehan gunung es, tetapi juga lapisan tanah yang selama ini membeku. Peleleha es ini memicu dasar tanah mengkerut tak menentu sehingga menimbulkan lubang lubang yang merusak struktur tanah yang membuat rusaknya jalur kereta api, jalan raya dan rumah rumah. Dampak dari ketidakstabilan ini pada dataran tinggi seperti pegunungan bahkan dapat menyebabkan reruntuhan bebatuan.

Keganjilan Di Daerah Kutub
Keganjilan yang dimaksud adala menghilangnya sekitar 125 danau yang ada di kutub utara beberapa waktu silam mengakibatkan munsulnya issu global warming yang lebih “hebat” di daerah kutub. Riset di sekitar sumber air yang hilang tersebut meperlihatkan kemungkinan mencairnya bagian beku dasar bumi. Saat ini saja volume es yang ada di kutub utara telah berkurang jumlahnya. Bahkan menurut penelitian dengan satelit as, awan dan daratan dari badan penerbangan dan angkasa luar nasional AS (NASA) memberikan informasi tambahan tentang hilangnya jumlah es di Arktik. Penemuan meliputi bukti penipisan es yang terjadi hamper 18cm setiap tahunnya antara tahun 2004 dan 2008 yang berarti 42% telah hilang dari jumlah es yang lebih tua selama empat musim dingin. Es yang lebih tua adalah es yang telah bertahan setidaknya selama satu musim panas dan sangat penting karena lebih tebal dan lebih keras. Tanpa lapisan es maka air yang berwarna gelap di lautan Arktik akan menyerap panas matahari dan bukannya memantulkannya sehingga akan mempercepat proses pemanasan global. Es yang ada di lautan Arktik juga memiliki perana yang sangat penting dalam menstabilkan iklim global dan pola cuaca karena perbedaan temperature antara kutub yang dingin dengan udara yang hangat disekitar khatulistiwa.

• Mekarnya Tumbuhan Di Kutub Utara
Saat pelelehan es di kutub utara terjadi, maka memicu problem pada tanaman dan hewan yang ada di dataran yang lebih rendah, maka tercipta pula situasi yang sama saat matahari terbenam pada biota yang ada di kutub utara. Tanaman yang ada di kutub utara yang semula terperangkap di bawah es dan kini tidak lagi karena es telah meleleh akan mulai tumbuh. Ilmuwan menemukan terjadinya peningkatan pembentukan fotosintesis di sejumlah tanah sekitar kutub utara dibandingkan dengan tanah di kutub utara pada zaman purba.

• Habitat Makhluk Hidup Pindah Ke Dataran Lebih Tinggi
Sejak awal dekade 1900-an, manusia harus mendaki lebih tinggi demi menemukan tupai, berang-berang atau tikus hutan. Ilmuwan menemukan bahwa hewan-hewan ini telah pindah ke dataran lebih tinggi akibat pemanasan global. Perpindahan habitat ini mengancam habitat beruang kutub juga, sebab es tempat dimana mereka tinggal juga mencair.

Peningkatan Kasus Alergi
Sering mengalami serangan bersin-bersin dan gatal di mata saat musim semi, maka salahkanlah pemanasan global. Beberapa dekade terakhir kasus alergi dan asma di kalangan orang Amerika alami peningkatan. Pola hidup dan polusi dianggap pemicunya. Studi para ilmuwan memperlihatkan bahwa tingginya level karbondioksida dan temperatur belakangan inilah pemicunya. Kondisi tersebut juga membuat tanaman mekar lebih awal dan memproduksi lebih banyak serbuk sari.

2.2. Pengertian, proses terjadinya, penyebab dan akibat efek rumah kaca.


Efek rumah kaca adalah meningkatnya emisi gas gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4),nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), dinitrooksida (N2O), dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Proses terjadinya efek rumah kaca adalah seperti digambarkan pada gambar berikut ini :

Proses dari efek rumah kaca berawal dari matahari yang menyinari bumi memancarkan panas yang kemudian sebagian dari energi panas tersebut di serap oleh permukaan bumi termasuk lautan. Energi panas yang dipancarkan oleh matahari tidak sepenuhnya diserap oleh permukaan bumi namun juga dipantulkan kembali oleh atmosfer bumi, kemudian panas matahari yang diserap oleh permukaan bumi juga dipantulkan kembali oleh bumi dan diteruskan kembali oleh atmosfer dan sebagian dari panas matahari dipantulkan oleh gas rumah kaca untuk memanaskan bumi. Karena meningkatnya konsentrasi gas gas yang ada di atmosfer maka kebanyakan dari energi panas matahari yang seharusnya dipantulkan justru terperangkap di bawah atmosfer yang mengakibatkan naiknya suhu udara di bumi.
Efek rumah kaca selain disebabkan oleh gejala alam namun aktivitas manusia juga ikut andil dalam efek rumah kaca. Seperti meningkatnya konsentrasi gas karbondioksida atau CO2 ini disebabkan oleh kenaikkan pembakaran bahan baker fosil atau bahan baker minyak, batu bara dan bahan bakar organic lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya. Energi yang masuk ke bumi mengalami 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% di serap oleh awan, 45% di absorbsi permukaan bumi dan 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Namun, sebagian besar energi matahari yang seharusnya dipantulkan kembali oleh bumi justru tertahan oleh awan, gas CO2 dan gas gas lainnya untuk dikembalikan ke permukaan bumi sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas. Selain karena meningkatnya konsentrasi gas gas tersebut, pembangunan yang terjadi di bumi ini juga turut andil dalam menciptakan efek rmah kaca. Karena pembangunan yang semakin pesat mengakibatkan permukaan bumi banyak yang ditutupi oleh bangunan bangunan tersebut dan membuat berkurangnya tempat penyerapan panas matahari. Belum lagi banyak bangunan yang menggunakan material berbahan kaca yang membuat energi panas terpantul kembali padahal atmosfer kita semakin pekat karena meningkatnya konsentrasi gas gas sehingga gas gas tersebut tidak bisa sepenuhnya dipantulkan kembali oleh atmosfer. Sebenanrnya dalam keadaan normal seperti telah disinggung dalam latar belakang masalah disebutkan bahwa sebenarnya efek rumah kaca ini diperlukan oleh bumi agar bumi tidak menjadi terlalu dingin dan juga agar perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak berbeda terlalu jauh atau signifikan.
Efek rumah kaca sebenarnya juga merupakan sumbangan dari peternakan. Menurut laporan yang baru saja dirilis oleh Watch magazine menyatakan bahwa peternakan bertanggung jawab atas sedikitnya 51% dari gas rumah kaca global.

Akibat dari efek rumah kaca ini adalah meningkatnya suhu permukaan bumi yang akan membawa dampak perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya sehingga mengurangi kemampuan tanaman untuk menyerap karbondioksida di atmosfer. Efek rumah kaca ini merupakan penyebab terjadinya global warming yang berdampak mancairnya es yang ada di kutub yang selanjutnya kana menambah volume air laut (naiknya permukaan air laut) yang juga akan berdampak pada Negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.

2.3. Dampak Semakin Bertambah Tingginya Permukaan Air Laut

Global warming atau pemanasan global tentu membawa dampak bagi planet bumi. seperti iklim yang mulai tidak stabil atau perubahan iklim. Menurut para ilmuwan, selama pemanasan global, daerah bagian utara dari bagian bumi utara akan memanas lebih dari daerah daerah lain di bumi. Akibatnya gunung gunung es di kutub utara akan mencair dan daratan akan mengecil karena tenggelam oleh semakin naiknya permukaan laut. Pemanasan global membawa dampak yang serius bagi lingkungan seperti melelehnya es di kutub, kenaikkan permukaan air laut, peningkatan intensitas curah hujan dan banjir, kemarau berkepanjangan, suhu udara yang meningkat dan semakin panas, perubahan iklim dan punahnya flora dan fauna tertentu.
Dalam makalah ini, penulis lebih membahas dampak global warming terhadap naikknya permukaan air laut. Seperti yang telah disinggung sebelumnya dalam latar belakang masalah tentang tinggi permukaan air laut di seluruh dunia telah meningkat 10-25cm (4-10inch) selama abad ke-20. Meningkatnya permukaan air laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikkan 100cm (40inch) akan menenggelamkan sekitar 6% daerah Belanda dan banyak pulau akan mengalami erosi dari tebing, abrasi pantai, dan peningkatan volume bukit pasir. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat. Kenaikkan permukaan air laut juga akan membahayakan ekosistem pantai termasuk hutan mangrove.
Kenaikkan permukaan air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai berikut :
• Meningkatnya frekuensi dan intensitas curah hujan dan banjir
• Perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove
• Meluasnya intrusi air laut
• Berkurangnya luas daratan
• Hilangnya pulau pulau kecil
Meningkatnya frekuensi dan intensitas curah hujan dan banjir akibat global warming (perubahan iklim) disebabkan oleh pola hujan yang acak dan musim hujan yang pendek sementara intensitas curah hujan justru sangat tinggi akan mengakibatkan banjir yang parah atau bahakan lebih besar daripada yang mungkin dialami sebelumnya oleh kawasan yang terbiasa banjir. Kenaikkan permukaan air laut apabila telah mencapai muara sungai akan mengakibatkan banjir air pasang atau banjir rob. Kenaikkan permukaan air laut juga akan mengakibatkan perubahan arus laut pada wilayah pesisir yang akan berdampak pada rusaknya ekosistempantai terutama mangrove. Pada saat ini saja kondisi hutan mangrove di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Luas hutan mangrove terus saja mengalami penurunan dari 5.209.543 ha (1982) menurun menjadi 3.235.700 ha (1987) dan menurun lagi hingga 2.496.185 ha (1993). Dalam kurun waktu 10 tahun (1982-1993), telah terjadi penurunan hutan mangrove ± 50% dari total luasan semula. Apabila keberadaan mangrove tidak dapat dipertahankan lagi, maka : abrasi pantai akan kerap terjadi karena tidak adanya penahan gelombang, pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya filter polutan, dan zona budidaya aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya. Meluasnya intrusi air laut selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan muka air laut juga dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan air tanah secara berlebihan, hilangnya lahan-lahan budidaya seperti sawah, payau, kolam ikan, dan mangrove seluas 3,4 juta hektar atau setara dengan US$ 11,307 juta.
Kenaikkan permukaan air laut juga akan menenggelamkan kawasan pesisir dan bahkan hilangnya pulau-pulau kecil yang dapat mencapai angka 2000 hingga 4000 pulau, tergantung dari kenaikan muka air laut yang terjadi. Kenaikkan 100cm (40inch) akan menenggelamkan sekitar 6% daerah Belanda dan banyak pulau akan mengalami erosi dari tebing, abrasi pantai, dan peningkatan volume bukit pasir. Bagi Indonesia, dampak kenaikan muka air laut dan banjir lebih diperparah dengan pengurangan luas hutan tropis yang cukup signifikan, baik akibat kebakaran secara factor alam maupun akibat penggundulan atau pembakaran yang disengaja oleh tangan tangan manusia. Beberapa pulau di Kepulauan Seribu sudah hilang tenggelam. Hilang dari perpetaan, ini semua karena Global Warming mencairkan es di kutub dan Greenland hingga akhirnya membuat permukaan air laut naik. Akibatnya, pulau-pulau di seluruh dunia terancam tenggelam. Pencairan es adalah harga mahal yang harus dibayar manusia akibat pemanasan global.Suhu bumi meningkat karena tingginya emisi gas rumah kaca di atmosfer. Tahun 2040 diperkirakan lapisan es kutub-kutub bumi akan habis meleleh dan permukaan air laut akan meninggi, menghapus garis pantai dan bikin penduduk di pesisir terpaksamengungsi.Padahal 70% populasi dunia tinggal di daerah garis pantai. Worst case scenario adalah kalau di tahun 2050 air laut naik sampai 60 meter, maka ribuan pulau di seluruh dunia dipastiakan tenggelam, termasuk Bali.Temperatur di Indonesia dilaporkan telah naik sampai 3,5 derajat celcius selama 100 tahun terakhir. Gejalanya terasa di mana-mana seperti: salju di di puncak gunung Jayawijaya Papua menghilang, suhu Medan dan Denpasar pun naik 0.17 dan 0,87 derajat Celcius pertahun. Menyusutnya hutan Bakau Bali memperparah hal ini, saat ini saja pasangnya air laut Pantai Kuta sudah membanjiri beberapa lobi hotel di sekitarnya, Jawa juga bernasib sama . Sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta udah naik 0,8 cm. Banjir di beberapa kota di Indonesia sudah cukup jadi bukti betapa cepatnya daerah daerah tertentu tenggelam karena naiknya permukaan air laut.


2.4. Hal Hal Yang Harus Dilakukan Untuk Mengendalikan Global Warming


salah satu cara untuk mengendalikan dampak dari global warming adalah dengan cara menghilangkan karbon. Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon yang lebih banyak lagi. Menjaga kelestarian hutan agar tidak rusak, tidak membuka lahan dengan cara penggundulan atau pembakaran hutan. Pohon yang kita tanam terutama pohon yang muda dan cepat pertumbuhannya aka menyerap karbondioksida yang lebih banyak lalu memecahnya melalui proses fotosintesis dan menyimpan karbon di dalam kayunya. Namun, diseluruh dunia keberadaan hutan semakin mengkhawatirkan. Di beberapa area, tanaman yang tumbuh sedikit karena berkurangnya tingkat kesuburan tanah karena digunakan untuk lahan pertanian atau untuk pembangunan. Langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca. Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung yaitu dengan menyuntikan gas tersebut ke sumur munyak yang akan mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan.
Mengembangkan gaya hidup yang vegetarian juga dapat mengendalikan dampak global warming. Para ilmuwan berpendapat bahwa jika populasi dunia mengadopsi pola makan vegetarian maka akan menghemat 80% biaya mitigasi perubahan iklim. Hal ini dikarenakan jika sebagian besar orang orang di dunia tidak makan daging, berarti bahwa peternakan akan turun jumlahnya. Seperti yang diketahui bahwa peternakan menyumbang emisi gas metana lebih banyak. Jika peternakan berkurang maka emisi gas metana akan berkurang. Lalu padang rumput yang biasa digunakan untuk beternak akan tidak dipakai lagi dan dibiarkan kembali ke keadaan semula bukan malah digunakan menjadi pertanian tapi dibiarkan secara alami lalu akan terbentuk hutan yang akan mengurangi efek gas rumah kaca.
Direktur asosiasi kebijakan tanah di Inggris, Lord Peter Melchett menyatakan bahwa jika konsumen mengurangi asupan babi dan unggas saja paling sedikit 75% maka sasarn emisi di Negara tersebut akan tercapai. Ia juga menyoroti manfaat dari pertanian organik yang memberikan manfaat yang baik. Dari kajian yang dilakukan, jika semua tanah pertanian di Negara tersebut adalah pertanian organik, mereka dapat menyerap 3,2 juta ton karbon atau setara dengan menghilangkan hampir 1juta mobil dari jalanan.
Kota Bremen di Jerman pun telah menerapkan “hari kamis veggie” (veggie adalah sebutan untuk vegetarian). Kepala lingkungan dan berbagai kelompok pecinta lingkungan disana menyatakan bahwa jika 550.000 penduduk Bremen berhenti makan daging hanya 52hari dalam satu tahun, mereka bisa mengurangi emisi CO2 yang setara dengan 40.000 mobil.
Mengurangi penggunaan kendaraan dengan cara menggunakan transportasi missal yang berarti akan mengurangi jumlah kendaraan yang ada dijalan raya sehingga mengurangi emisi gas buang dari kendaran tersebut. Kita juga bisa mengurangi penggunaan pendingin ruangan dan hair spray karena kedua benda tersebut mengandung gas CFC yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali lipat dibandingkan dengan CO2. Untungnya saat ini pemakaian CFC dilarang di banyak Negara karena CFC telah lama diduga sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon atau atmosfer bumi kita.


BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan


Kesimpulan dari hal hal yang telah dijelaskan tersebut diatas adalah dapat diketahui gejala gejala apa saja yang mengindikasikan telah terjadinya global warming. Gejala gejala tersebut sudah kita rasakan saat ini yang berarti pemanasan global atau global warming tidak terelakan lagi. Gejala terjadinya global warming seperti kebakaran hutan besar besaran akibat dari naiknya temperature udara yang semakin panas yang membuat hutan lebih kering dan lebih mudah terbakar sudah kita rasakan di Indonesia. Pelelehan lapisan tanah yang selama ini membeku sehingga menimbulkan dasar tanah mengkerut tak menentu yang menyebabkan lubang lubang dan merusak struktur jalan raya, kereta api, dan rumah rumah juga sudah terjadi di Indonesia. Seperti terjadinya gangguan terhadap jaringan jalan lintas kereta api di Pantura (rel kereta yang membengkok).
Dari berbagai penjelasan diatas juga dapat diketahui bahwa efek rumah kaca adalah penyebab terjadinya global warming dan penyumbang emisi metana terbesar justru berasal dari peternakan. Efek rumah kaca juga dapat memberikan dampak meningkatnya permukaan air laut yang akan berdampak pula bagi kehidupan lainnya. Permukaan air laut yang semakin meninggi akan mengakibatkan terancamnya kehidupan di daerah pantai. Kenaikkan 100cm (40inch) akan menenggelamkan sekitar 6% daerah Belanda dan banyak pulau akan mengalami erosi dari tebing, abrasi pantai, dan peningkatan volume bukit pasir. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat. Kenaikkan permukaan air laut juga akan membahayakan ekosistem pantai termasuk hutan mangrove. Semakin tingginya air laut ini tidak bisa dianggap sepele. Karena dampaknya berkesinambungan antara dampak yang satu dengan dampak yang lainnya. Misalnya dengan semakin tingginya permukaan air laut maka garis pantai juga akan bertambah naik dan merusak ekosistem mangrove yang akan berdampak pada hilangnya penahan ombak air laut, hilangnya tempat berlindung biota air yang habitatnya berada di sekitar mangrove dll. Naiknya permukaan air laut juga akan mengakibatkan banjir air laut atau rob jika ternyata tinggi permukaan air laut sudah mencapai muara sungai. Selain itu dampaknya juga adalah intrusi air laut yang dapat menyebabkan air tanah menjadi tercemar dan menjadi payau.
Selain itu, dapat diketahui pula hal hal apa saja yang dapat kita lakukan sebagai penghuni bumi untuk mengendalikan global warming dan menjaga kelestarian bumi kita. Seperti mengurangi konsumsi daging dan beralih menjadi vegetarian yang akan mengurangi jumlah peternakan beserta emisi dari peternakan tersebut dan mengembalikan lahan yang selama ini digunakan untuk beternak.

3.2. Saran

Saran penulis untuk mengatasi global warming adalah sebaiknya kita semua memelihara bumi tempat kita tinggal ini. Memelihara bumi bisa dengan cara apa saja seperti mengurangi penggunaan bahan bahan yang menggunakan gas CFC yang dapat merusak lapisan ozon, memelihara hutan dengan cara tidak membuka lahan baru apalagi dengan cara pembakaran dan penggundulan hutan, tidak menggunakan pestisida untuk pertanian karena dapat menyebabkan tanah kehilangan kesuburan, mangurangi konsumsi daging dan perlahan lahan menjadi vegetarian seperti yang telah di lakukan di berbagai Negara karena ternyata dampaknya sangat besar dibandingkan dengan jika kita hanya mengurang emisi gas buang namun tetap mengkonsumsi daging secara besar besaran yang mengakibatkan efek rumah kaca semakin meningkat. Menanam pohon mangrove di sekitar pesisir pantai juga dapat kita lakukan untuk mencegah terjadi nya abrasi akibat ombak pantai (sebagai penahan gelombang air laut). Saat ini perubahan iklim semakin berefek kepada kita dan kita sudah melihat dampak utamanya, dampak lingkungannya, khususnya pencairan gletser, hilangnya es di kutub, dan seterusnya, jadi kita seharusnya menyadari bahwa keadaannya sudah darurat, dan kita harus berpikir tentang keadaan sekarang begitu juga keadaan jangka panjang.Ilmu pengetahuan telah maju. Kita sekarang mengerti bahwa ada beberapa emisi yang masa hidupnya lebih singkat, emisi gas rumah kaca yang mempunyai efek terhadap iklim dalam jangka waktu yang lebih singkat.Tentu saja kita harus mengurangi CO2 dalam jangka panjang tetapi jika kita ingin membuat suatu perbaikan terhadap iklim dalam 20 tahun berikutnya, maka cara untuk melakukan itu adalah menghentikan gas rumah kaca yang berusia lebih pendek, dan yang terpenting adalah metana.


Daftar Pustaka
• www.google.com
• www.pemanasanglobal.net
• www.wikipedia.org
• www.geo.ugm.ac.id
• www.dampakpemanasanglobal.blogspot.com

0 komentar:

Post a Comment

 
;