Metode Pengumpulan Data
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
Mail
Questionaire
|
·
Kerahasiaan
reponden terjaga.
·
Mempunyai
sebaran responden secara geografis luas
·
Souvenir dapat disertakan agar memotivasi responden
·
Responden
memiliki kebebasan mengatur waktu pengisian sesuai pfererensi mereka
masing-masing
·
Dapat dilakukan
secara elektronik dengan memanfaatkan teknologi informasi. Misal lewat
e-mail, fax dan lain sebagainya.
|
·
Tingkat
pengembalian relatif rendah (biasanya di bawah 30% dari responde yang mengisi
kuesionaer)
·
Jika ada yang
tidak jelas, responden tidak dapat meminta penjelasan
·
Diperlukan
prosedur tambahan untuk memproses yang tidak kembali
|
Electronik
Questionaire
|
·
Mudah untuk
mengelolanya
·
Mempunyai daya
jangkau luas
·
Sangat murah
·
Sangat cepat
untuk dikirimkan
·
Responden
memiliki kebebasan mengatur waktu pengisian sesuai preferensi mereka
masing0masing
|
·
Responden harus
dapat mengoperasikan komputer secara baik
·
Responden harus
mempunyai akses yang cukup leluasa pada internet.
|
Telephone
Questionaire
|
·
Lebih murah dan
lebih cepat dari personel interview
·
Dapat
menjangkau area geografis luas
·
Tingkat
kerahasissan lebih tinggi dari personal interview
|
·
Tidak dapat
melihat nonverbal clues
·
Proses
wawancara harus singkat
·
Data nomor
telephon dapat berubah, sehingga memungkinkan sekelompok responden harus
dibatalkan sebagai sampel karena tidak dapat dihubungi
|
Personally
Administred Questionaire
|
·
Dapat
memotivasi responden serta identifikasi non-verbal clues
·
Keraguan dari
responden dapat dikurangi, karena peneliti dapat memklarifikasi pertanyan
responden
·
Hampir 100%
dari kuesionaire dapat diterima kembali
·
Tingkat
kerahasiaan tinggi
|
·
Organisasi
tempat responden bekerja kemungkinan akan keberatan, jika karyawannya harus
mengisi kuesioner di tempat kerja, Karen aakan mengganggu pekerjaan.
|
Personal
or face to face
|
·
Dapat
memotivasi responden
·
Dapat berbagai
kebingungan yang dialami responden
·
Dapat menangkap
aspek non verbal dari responden saat menjawab
·
Data dapat
diperkaya dengan bernagai macam pertanyaan tambahan, bila di pandang perlu
|
·
Memerlukan
waktu banyak
·
Biaya akan
menjadi besar bila harus meng-over letak geografis besar
·
Responden
mungkin sangat tertutup mengngat mereka harus memberikan informasi kepada
orang asing
·
Penelitit harus
memiliki bekal keahlian untuk melakukan wawancara
·
Responden dapat
berhenti dalam menjawab pertanyaan serta meminta wawancara dihentikan,
apabila dia merasa tidak nyaman dengan proses wawancara tersebut
|
A.
PENGANTAR
Akuntansi sebagai ilmu
terus beradaptasi dengan lingkungan social ekonomi dimana ia berada, sehingga
perkembangan social ekonomi juga mempengaruhi perkembangan ilmu ekonomi itu
sendiri. Teori akuntansi merupakan guidance yang mengarahkan perkembangan itu
sendiri sehingga tetap berada dalam kerangka teoritis yang sudah disepakati
meskipun dengan terjadinya revolusi ilmu pengetahuan seperti yang digambarkan
oleh Kuhn maupun Popper bisa saja muncul perkembangan yang sama sekali keluar
dari kerangka teori yang sudah menjadi konvensi.
Dalam bab ini kita akan membahas beberapa tren dalam akuntansi
yang merupakan arah kemungkinan akan dituju oleh ilmu akuntansi atau bisa saja
tidak sampai mencapainya. Namanya tren hanya menunjukkan kecenderungan yang
dilihat saat ini. Kenyataannya akan terbukti kemudian. Tugas akademisi dan
professional adalah untuk bermimpi, melihat, menganalisis dan ikut
mengembangkan tren itu sehingga menjadi konvensi dan menambah manfaat ilmu itu
membantu masyarakat secara luas.
B.
TREN
AKUNTANSI
Adolf
J. H. Enthoven (1995) dalam accounting research monograph no. 5 dengan judul
mega accountancy trends, mega trend 2000-nya Naisbitt, ia merefleksikan
megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan sebagai berikut :
1. Perlunya
akuntansi memberikan pengukuran efisiensi dan produktivitas.
2. Perlunya
keterpaduan akuntansi dengan bidang dan disiplin lainnya.
3. Perlunya
mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi yang lebih relevan.
Kemudian
untuk mengantisipasi tren tersebut di atas, maka Enthoven menganjurkan
penyempurnaan infrastruktur akuntansi agar bisa memenuhi tuntutan tren tersebut.
1. Penyempurnaan
system pendidikan, pelatihan, dan riset dalam bidang akuntansi.
2. Struktur
dan persyaratan sosio ekonomi dan budaya.
3. Persyaratan
legal, status dan persyaratan lainnya.
4. Praktik
profesi dan kelembagaan akuntansi.
Trend
itu yang dibuat Enthoven ini beranjak dari megatrend-nya Naisbitt yaitu :
1. Dunia
akan bergerak dari ekonomi nasional ke ekonomi global.
2. Dasar
pemikiran orang akan beralih dari skup jangka pendek ke skup jangka panjang.
3. Ciri
masyarakat kita akan beralih dari masyarakat industry ke masyarakat informasi.
4. Struktur
organisasi akan berubah dari yang bersifat herarki dengan inti kekuasaan ke
struktur organisasi yang bersifat jaringan atau net-working, kekuasaan sudah
tidak dikedepankan lagi.
5. Pilihan
semakin banyak sehingga masyarakat beralih dari dua pilihan ke banyak pilihan.
6. Pertumbuhan
ekonomi akan beralih dari dunia bagian utara ke bagian selatan.
7. Keterlibatan
politik masyarakat akan beralih dari demokrasi perwakilan ke demokrasi
partisipasi
8. Dari
bantuan institusi ke mandiri
9. Kemajuan
teknologi akan beralih dari teknologi keras ke teknologi lunak.
10. Kekuasaan
akan beralih dari sentralisasi ke desentralisasi.
Dari
keadaan ini dapat kita tarik benang merah bahwa trend atau kecenderungan kearah
mana akuntansi menuju sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat adalah
menuju suatu sifat yang lebih bernuansa social, etis dan bertanggung jawab.
Lee Parker maupun profesi akuntan
Australia dari konferensi international yang dilakukannya pada tahun 1994
menunjukkan arah ke akuntansi yang semakin bertanggung jawab. Masyarakat pada
dasarnya menginginkan akuntansi yang memberikan informasi yang adil dan benar
yang hakikatnya adalah pertanggungjawaban. Dari fenomena ini dapat disimpulkan
bahwa kecenderungan ilmu akuntansi harus searah dengan tuntutan masyarakat itu.
C.
BEBERAPA
TOPIK BARU DALAM AKUNTANSI
Perkembangan terakhir
yang masih terus menjadi bahan riset dan pengembangan bidang akuntansi yang
menjadi trend diantara nya adalah :
1. Akuntansi
internasional
2. Akuntansi
islam
3. Akuntansi
sumber daya manusia
4. Triple
entry accounting system
5. Employee
reporting
6. Value
added reporting
7. Akuntansi
perilaku
8. Multi
discipline paradigm
9. Akuntansi
dan pengembangan berkelanjutan
10. Efficiency
maret hypothesis
11. Krisis
akuntansi
Tiga
topic pertama sudah dibahas di beberapa bab sebelumnya, maka kali ini akan
membahas yang selanjutnya.
4.
Triple
entry system
Kalau sebelumnya kita
mengenal single entry, double entry maka sekarang kita mengenal triple entry
system. Dalam system ini, transaksi dicatat tiga kali. Dalam model ini bukan
saja transaksi yang mempengaruhi pos-pos pada sisi aktiva dan pasiva yang
dilaporkan tetapi juga force atau power yang menyebabkannya, sehingga laporan
neraca misalnya menyajikan wealth = capital = force. Triple entry memiliki
force account yang mencatat beberapa factor antara lain perubahan harga,
perubahan jumlah atau perubahan volume terhadap arus hasil dan biaya. Misalnya
jika harga suatu barang naik, maka akan dibuat perkiraan force. Nanti aka nada
3 jenis laporan yaitu wealth statement, capital statement dan force statement.
Wealth statement melaporkan kekayaan perusahaan, sedangkan capital statement
melaporkan komposisi dan perubahan modal dimana informasi laba rugi dimasukkan
kedalamnya. Sedangkan force statement memuat informasi perubahan kekayaan juga
tapi yang dipengaruhi oleh kenaikkan atau penurunan laba saja.
Model ini sebenarnya merupakan upaya untuk menambah informasi
kepada pembaca khususnya pihak manajemen dan para pengambil keputusan yang berkepentingan
dengan laporan keuangan perusahaan. Triple entry system ini juga menjelaskan
margin variance, volume variance, dan efficiency variance. Ketiga metode ini
akan menghasilkan angka yang sama. Bias juga mencatat aspek nilai daya beli
masyarakat atau dampak inflasi terhadap perusahaan.
Dalam Studies in Accounting Research
yang ditulis Yuji Ijiri yang disponsori AAA menyatakan bahwa kalau double entry
itu berdimensi dua maka triple entry ini berdimensi tiga jadi sebenarnya
merupakan penyempurnaan dari system double entry. Bagi yang berminat mendalami
ini dapat dibaca Studies in Accounting Research No.18. yang ditulis Yuji Ijiri
(1982).
5.
Employee
reporting
Semakin besarnya kekuatan serikat
pekerja di Barat, khususnya Eropa menimbulkan fenomena baru dalam tuntutan akan
laporan keuangan yang dapat menggambarkan informasi yang dibutuhkan oleh kaum
pekerja. Pegawai selaku salah satu stakeholders juga berhak akan informasi
keuangan. Informasi keuangan seperti inilah yang disebut employee reporting.
Employee reporting merupakan bentuk laporan keuangan yang memuat informasi yang
relevan bagi karyawan atau serikat pekerja. Employee reporting sangat
berkembang di USA dan Eropa pada khususnya. Bahkan telah diterapkan di beberapa
Negara seperti anggota Organization of Economic Cooperation and Developmnet
(OECD) seperti di USA, Canada, Jerman, Perancis, Denmark, Norwegia, Swedia dan
United Kingdom (Belkaouui, 1995).
Beberapa hal yang mendesak dan mendorong
perlunya employee reporting ini adalah (Purdy dalam Belkaoui, 1985) :
1. Tekanan
semakin besar akan perlunya full disclosure
2. Praktek
dan masalah yang berkaitan dangan hubungan perburuhan
3. Munculnya
perdebatan tentang demokratisasi perusahaan
4. Perkembangan
di Negara lain akan perlunya informasi yang dimaksud
Di
samping tentunya semakin kuatnya organisasi pekerja di planet ini. Keharusan
perusahaan memasukkan informasi yang dibutuhkan karyawan dan serikat pekerja
telah diatur oleh berbagai Negara, seperti di Jerman, 1972, Prancis, 1979,
Swedia, USA, dan Kanada. Beberapa informasi penting yang diminta dilaporkan
dalam employee reporting ini adalah:
·
Jumlah
pegawai
·
Lokasi
tempat bekerja
·
Umur
karyawan
·
Jam
kerja
·
Biaya
tenaga kerja
·
Program
pension
·
Program
jaminan social, kecelakaan kerja, kesehatan, hari tua
·
Pelatihan
dan pendidikan atau adanya career path
·
Pengakuan
terhadap serikat pekerja
·
Daftar
karyawan berdasarkan agama, suku, bangsa dan kelamin
Dari suatu survey laporan keuangan
kepada karyawan sejak tahun 1919 sampai 1979 diketahui beberapa alas an
pelaporan sebagai berikut (Lewis dkk, 1984) :
1. Menyampaikan perubahan
2. Menyajikan propaganda manajemen
3. Mempromosikan kepentingan memahami
masalah dan prestasi perusahan
4. Menyampaikan keputusan manajemen
5. Menyampaikan hubungan antara
karyawan, manajemen, dan pemegang saham
6. Menjelaskan tujuan perusahaan
7. Mendorong partisipasi karyawan yang
lebih besar
8. Merespon tekanan legislative atau
serikat pekerja
9. Membangun imej perusahaan
10. Memenuhi ketentuan UU tentang
pengungkapan informasi yang dibutuhkan karyawan
11. Merespon kekhawatiran manajemen terhadap
berbagai tuntutan pegawai, maupun persaingan
12. Menunjukkan perhatian besar terhadap
karyawan
6.
Value
added reporting
Value added
reporting (VAR) atau laporan pertambahan
nilai berkaitan juga dengan Human Resources Accounting dan Employee Reporting terutama
dalam hal informasi
yang disajikannya. Value Added Reporting ini masih belum diwajibkan sebagai
laporan utama di berbagai Negara, jadi masih dalam tahap wacana akademik. Value
Added Reporting ini sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan utama, Neraca, Laba Rugi, dan Arus kas. Karena semua
laporan ini gagal memberikan informasi :
1. Total produktivitas dari perusahaan
2. Share dari setiap stakeholders atau
anggota tim yang ikut dalam proses manajemen yaitu : pemegang saham, kreditur,
pegawai dan pemerintah (Belkaoui, 1995).
Kalau laporan keuangan konvensional
menekankan informasinya pada laba maka VAR menekankan pada upaya meng-generate
kekayaan. Karena laba biasanya hanya menggambarkan hak atau kepentingan
pemegang saham saja bukan seluruh tim yang ikut terlibat dalam kegiatan
perusahaan. Value added adalah kenaikkan nilai kekayaan yang degenerate atau
dihasilkan dengan penggunaan yang produktif dari seluruh sumber-sumber kekayaan
perusahaan oleh seluruh tim yang ada termasuk pemilik modal, karyawan, kreditur
dan pemerintah. Sebenarnya
konsep dasar dari VAR ini sudah dikenal dalam ilmu ekonomi terutama dalam
perhitungan Pendapatan Nasional. Namun, perlu diingat bahwa value added tidak
sama dengan laba. Laba menunjukkan pendapatan bagi pemilik saham sedangkan
pertambahan nilai mengukur kenaikan kekayaan bagi seluruh stakeholders.
Beberapa
kegunaan dari value added reporting ini dapat disebut sebagai berikut :
1. Konsep
ini dinilai objektif sehingga dianggap sebagai informasi yang abash sebagai
dasar perhitungan reward
2. Pertambahan
nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui angka
reinvestasi (retained earnings dan penyusutan)
3. Laporan
ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi dan ekonomi dengan
mengungkapkan jumlah kekayaan dalam pengukuran pendapatan nasional
4. Pertambahan
nilai bersih bisa menjadi dasar distribusi kekayaan bukan pertambahan nilai
kotor :
a. Pertambahan
nilai bersih sangat cocok menjadi dasar perhitungan bonus produktivitas tenaga
kerja dengan memberikan penyisihan pada perubahan modal
b. Dengan
mengurangkan biaya penyusutan akan menghindari double counting yang bisa
terjadi jika ada pertukaran aktiva antara 2 perusahaan
c. Pertambahan
nilai bersih sangat menguntungkan bagi konsep laba untuk semua. Ini akan
mendorong spirit team dalam perusahaan. Masing-masing pihak mengetahui
kontribusinya dalam proses peningkatan kekayaan perusahaan.
d. Mestinya
remunerasi karyawan tidak hanya berasal dari gaji, tapi juga dari kenaikkan
kekayaan.
e. Dapat
menjadi media peramalan yang baik bagi peristiwa ekonomi yang dapat
mempenagruhi kesehatan perusahaan
f. Sangat
cocok untuk ekonom dalam perhitungan pendapatan nasional.
Namun,
disamping keunggulannya ada juga beberapa keterbatasan laporan pertambahan
nilai ini, yaitu :
1. Tidak
semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu merasa
senang bekerja sama dengan pihak lain. Tidak jarang justru ada konflik,
sehingga laporan ini justru bisa menimbulkan atau mempertajam konflik.
2. Ada
kemungkinan dengan adanya laporan pertambahan nilai ini manajemen salah tanggap
seolah ingin memaksimalkan pertambahan nilai.
3. Kesalahan
penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat menimbulkan kepalsuan pendapat
seperti :
a. Kenaikkan
pertambahan nilai dianggap kenaikkan laba
b. Kenaikkan
pertambahan nilai per unit dianggap otomatis bermanfaat bagi pemegang saham
c. Seolah
dianggap bisa mengidentifikasi distribusi yang adil atas perubahan pertambahan
nilai
d. Pertambahan
nilai yang tinggi untuk tenaga kerja per unit dianggap merupakan prestasi
ekonomi yang baik
e. Share
tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak berhak mendapatkan gaji
yang tinggi
D.
AKUNTANSI
PERILAKU
Aspek budaya dalam akuntansi disebut
juga behavioral accounting. Di sini diperhatikan berbagai budaya yang dapat
memengaruhi peran atau hasil dari interaksi antara informasi akuntansi dengan
perilaku konsumennya atau penyajiannya. Dengan perkataan lain, berkaitan dengan
hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi baik dalam bidang
akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen. Bahkan ini dianggap sebagai
bidang (cabang) akuntansi yang khusus (Siegel, Ramanauskas-Marconi, 1989).
Bidang akuntansi ini dimulai dikembangkan pada awal tahun 1950-an. Pada tahun
1951 the Controllership Foundation of America mensponsori penelitian untuk
mengetahui pengaruh budget terhadap manusia. Riset ini dilakukan oleh Cornell
University dengan dipimpim oleh Chris Argyris. Penelitian ini telah memberikan beberapa
rekomendasi tentang beberapa perilaku yang muncul dalam penerapan budget. Hasil
riset ini muncul di Harvard business Review yang ditulis oleh Argyris dengan
judul Human Problems with budget. Sejak itu maka banyak ahli menjadi pemerhati
dan menjadi peneliti akuntansi perilaku ini seperti Mayo, Maslow, Mc gregor,
Likert.
Dalam akuntansi perilaku ini yang
menjadi sorotan adalah dampak dari informasi akuntansi terhadap perilaku orang
yang membaca atau menyiapkannya. Juga melihat bagaimana reaksi manusia terhadap
informasi yang akuntansi yang diberikan. Dampak perilaku dari system budget
terhadap prilaku, dampak system responsibility accounting terhadap oerilaku,
dampak system desentralisasi ataupun sentralisasi pengambilan keputusan
terhadap perilaku, dimensi perilaku dalam system pengawasan internal, beberapa
pola perilaku auditor, aspek perilaku dalam proses pengambulan keputusan,
factor perilaku dalam kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku dalam akuntansi
sumber daya manusia, dan sebagainya. Lebih simpel Siegel, Ramanauskas, dan
Marconi (1989) membaginya atas tiga bagian besar berikut ini :
1. Pengaruh perilaku manusia terhadap desain,
konstruksi dan penggunaan system akuntansi
2. Pengaruh system akuntansi terhadap
perilaku manusia
3. Metode untuk meramalkan dan strategi
untuk mengubah perilaku manusia
E.
MULTIDICIPLINE
PARADIGM
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mengakibatkan semakin munculnya paradigm baru yang pada akhirnya
menimbulkan ketergantungan dan keterkaitan yang semakin erat antara satu
disiplion ilmu dengan disiplin ilmu lainnya. Fenomena ini juga melanda
akuntansi.
Mulanya ilmu yang dikenal manusia
adalah ilmu filsafat. Menurut Al-Farabi, ilmu filsafat adalah ilmu pengdetahuan
tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya
(Anshari, 1991). H.Endang Saifuddin Anshari (1991) mengungkapkan ilmu itu
kemudian berkembang menjadi tiga bidang.
1. Ilmu pengetahuan alam
2. Ilmu social
3. Humaniora
Ilmu ekonomi yang merupakan bagian
dari ilmu social berkembang menjadi berbagai disiplin ilmu seperti :
1. Ekonomi mikro dan makro
2. Ilmu manajemen
3. Pembangunan
4. Pemasaran
5. Produksi
6. Keuangan
Ilmu manajemen berkembang lagi menjadi berbagai disiplin ilmu seperti;
Akuntansi, Business Policy, budgeting, Planning, Operating Research,
Information System, dan lain-lain.
Akuntansi kemudian berkembang lagi seperti: Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Teori Akuntansi, Sejarah Akuntansi, Akuntansi Internasional, Controllership, Sistem Pengawasan Manajemen, Auditing, dan sebagainya.
Akuntansi kemudian berkembang lagi seperti: Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Teori Akuntansi, Sejarah Akuntansi, Akuntansi Internasional, Controllership, Sistem Pengawasan Manajemen, Auditing, dan sebagainya.
Perkembangan ilmu di masing-masing bidang ini selalu
berkaitan erat dan saling mengisi dengan disiplin ilmu lain. Contoh yang paling
menarik adalah munculnya ilmu decision science. Ilmu ini tampaknya mengkristal
sebagai gabungan dari berbagai disiplin ilmu seperti akuntansi, computer,
information system, expert system, decision science, mathematic, dan management
science.
Akuntansi sebagai suatu system
informasi membutuhkan computer, information science, dan decision science.
Akhirnya muncullah ilmu baru seperti decision science yang sumberformula dan
elemen-elemennya berasal dri ilmu tadi. Decision science ini merupakan disiplin
ilmu baru di Amerika dan bahkan sudah menjadi salah satu jurusan yang popular
di College of Business, fenomena inilah yang disebut Multidicipline paradigm.
F.
AKUNTANSI
DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Dilaksanakannya “Earth Summit” mangingatkan kita pada isu
yang sama di ajukan oleh Club of Rome tahun 1975 yang lalu yaitu Konsep Limit
to Growth atau sering juga disebut Zero Growth. Club para ahli nomor wahid ini
menganggap bahwa kerusakan bumi timbul dari kombinasi dari berbagai factor yang
harus direm perkembangannya seperti perkemabangan penduduk, investasi,
kkonsumsi sumber alam, industry, ketidakadilan distribusi pendapatan,
pertanian, kehutanan. Club ini ingin menyelamatkan masa depan umat manusia
dengan mengingatkan kita perlunya keharmonisan pengelolaan ekosistem yang
bersfat global dan dependen. Subbab ini ingin mencoba menjelaskan perlunya alat
ukur untuk memudahkan para pengambil keputusan dalam me-manage masalah
pembangunan, lingkungan, dan aspek social ekonominya.
·
Akuntansi sebagai alat ukur
Sebenarnya akuntansi diam-diam
mempunyai perangkat penting dalam mengamankan pembangunan bumi yang aman.
Namun, para teknokrat barangkali belum tahu dan mungkin tidak terpikir untuk
memanfaatkannya. Bekas presiden Bank Dunia A. W. Clausen pernah mengeluh bahwa
karena ketiadaan aat yang dapat mencatat, mengukur, dan melaporkan posisi
kejadian, dampak industry (pembangunan) kepada masyarakat, menimbulkan
kesukaran kita mengawasi dampak itu. Ia menyebutkan:
Saya mengakui salah satu alasan dari
respons kita yang tidak lengkap terhadap permasalahan social adalah isu
kualitas hidup yang membingungkan dan penyebab utama kkebingungan itu adalah
kekurangan atau karena “kasarnya” bentuk dan kualitas pengukuran (May 1971).
Keluhan beliau ini sebenarnya dapat diatasi oleh disiplin akuntansi
sebagai satu instrument measurement of quality. Para ahli akuntansi sejak awal
athun 1930-an sebenarnya sudah melakukan pengkajian yang intensif tentang
bagaiman mencatat, mengukur national income, social accounting, dan dampak
social yang diakibatkan oleh industry, perusahaan, atau kegiatan pembangunan.
Ini tidak berbeda dengan apa yang dibicarakan dalam KTT Bumi tersebut. Dalam
pengertian lingkungan termasuk di dalamnya manusia, flora, fauna, air, lahan,
dan segala isinya.
Untuk
mengelola setiap suatu masalah perlu keputusan-keputusan. Keputusan yang baik
hanya dapat lahir dari analisis terhadap keadaan yang valid, factual, dan
relevan. Keadaan yang factual, valid, dan relevan dapat disupply oleh
akuntansi. Dalam akuntansi disiplin yang mensupply ini disebut environment
accounting. Disiplin ini secara, teori-teorinya belum sepenuhnya disepakati
oleh sebagian besar para ahli akuntansi dan organisasi profesi. Bidang ini
sampai saat ini masih terus menjadi ladang penelitian para ahli dan secara parsial,
ada yang sudah diwajibkan dan ada yang masih dalam taraf dianjurkan
penyajiannya dalam laporan keuangan.
·
Perlunya akuntansi lingkungan
Keperluan akan akuntansi lingkungan
ini sebenarnya sudah jelas. Konsep yang menganggap bahwa perusahaan sebagai
wadah hukum yang melakukan eksploitasi dalam suatu wilayah dan Negara dan
mendapatkan keuntungan dari kekayaan alam wilayah itu, mestinya juga menjadi
penduduk yang baik, yang melindungi alamnya dan juga makhluk pengisinya.
Filosofi ini jelas dan rasional. Sebuah industry sebenarnya hidup dari
lingkungan. Ya factor alam, tenaga kerja, makhluk lainnya yang mendiami bumi.
Adalah etis seandainya perusahaan itu juga yang tergantung dengan makhluk lain
sebagai penduduk bumi ikut bertanggung jawab melindungi bumi dari setiap
kerusakan lingkungan yang kalau tidak dijaga akhirnya akan merusak dia sendiri
sehingga tidak dapat dilakukan pembangunan berkelanjutan atau pembangunan
berwawasan lingkungan.
·
Kesulitan pengukuran
Kesulitan utama dari akuntansi
bidang ini adalah ketidaksepakatan para ahli dalam menentukan criteria
pengukuran. Mengukur nilai kerusakan lingkungan, nilai social cost maupun
social benefit-nya tidak semudah yang dibayangkan. Contohnya kasus Cernobyl,
kasus Union Carbides, dan lain sebagainya menunjukkan betapa sukarnya melakukan
penetapan nilai kerusakan dan perbaikan lingkungan yang sama-sama diterima dan
sesuai pula dengan prinsip akuntansi yang sudah baku.
·
Penyajian
Dari berbagai konsep yang diajukan
lembaga dan para ahli ada yang menganjurkan metode penyajian: penjelasan dalam
laporan keuangan (footnote disclosure, narrative disclosure), membuat pos
tersendiri, laporan khusus tentang kerusakan lingkungan, Social Responsibility
Report, Environment Exchange Report, Social Income Statement Report, Compherensive
Social Benefit Cost Model, dan Multidimensional Income Statement. SEC biasanya
mengharuskan perusahaan yang listed di bursa New York Stock Exchange untuk
melaporkan hal-hal yang bertalian dengan masalah lingkungan, dan social cost
dan benefit lainnya.
G.
EFFICIENCY
MARKET HYPOTHESIS
Sebenarnya topic ini bukan baru
apalagi tren, karena isu ini sudah lama kenal dalam akuntansi. Dalam akuntansi
dikenal teori atau hipotesis EMH (Efficient Market Hypothesis). Teori EMH ini
menyatakan bahwa “Pasar akan menyesuaikan diri dengan setiap informasi baru
yang dikeluarkan mengenai saham.” Dalam bahasa penelitian bidang penelitian
yang menyangkut soal ini adalah positive accounting teory. Dalam teori ini yang
dibahas bukan bagaimana mencatat transaksi, tetapi menyangkut:
1. Melihat
hubungan antara pengumuman informasi akuntansi kepada publik dan reaksi pasar
terhadap informasi itu yang dilihat dari indicator harga saham dibursa.
2. Melihat
pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap harga pasar.
Fama
(1969) menyatakan bahwa beberapa syarat untuk menciptakan pasar yang efisien
adalah sebagai berikut :
1. Tidak
ada biaya transaksi dalam perdagangan saham
2. Semua
informasi tersedia secara Cuma-Cuma bagi semua peserta pasar
3. Semua
sepakat terhadap implikasi informasi saat ini terhadap harga sekarang dan
distribusi harga masa yang akan datang dari tiap saham
Menurut
Fama, ada tiga set informasi :
1. Gerakan
harga saham masa lalu
2. Informasi
yang tersedia bagi public
3. Seluruh
informasi baik uang tersedia bagi public maupun milik perusahaan
Ketiga
set informasi di atas dapat mempengaruhi harga saham sebagai berikut :
1. Bentuk
lemah (weak form) dari efisiensi pasar. Di sini harga pasar saham pada periode tertentu secara penuh
merupakan refleksi dari informasi yang berasal dari harga harga saham masa
lalu. Di sini tidak ada strategi dagang berdasarkan siklus harga, pola harga
atau peraturan lainnya.
2. Bentuk semi kuat (semistrong) di
mana harga saham secara penuh merupakan gambaran dari seluruh informasi yang
tersedia kepada public termasuk harga saham masa lalu. Di sini juga tidak ada
strategi dagang yang dipakai dalam perdagangan saham.
3. Bentuk kuat (strong form) di mana
harga saham merupakan gambaran dari seluruh yang ada baik informasi harga saham
yang lalu, informasi yang tersedia untuk public dan informasi lainnya seperti
informasi dari dalam dan informasi pribadi nilainya.
Dari
ketiga bentuk ini maka bentuk semistrong-lah yang paling relevan dengan
akuntansi karena dasar informasinya adalah informasi yang tersedia bagi public.
Dalam
EMH sering digunakan Capital Assets Princing Model (CAPM). Yang dimaksud dengn
model CAMP ini adalah suatu model yang menaksir laba yang abnormal atau laba
yang tidak diperkirakkab dari saham biasa suatu perusahaan pada saat
diumumkannya laba perusahaan. Bentuk semistrong juga dipakai dalam model ini.
H.
KRISIS
AKUNTANSI MASA DEPAN
Walaupun profesi akuntan dinilai
mengalami perkembangan yang demikian cepat, bukan berarti profesi ini tidak
menunjukan hal-hal yang bersifat suram. Disamping itu, akuntansi tidak hanya
memberikan informasi kuantitatif, tetapi juga informasi kualitatif. Akuntansi
konvensional juga sedang menjadi sorotan khususnya ketidakmampuannya memberikan
informasi yang relevan pada situasi di mana prinsip stable monetary unit tidak
berjalan seperti masa inflasi.
Akuntansi konvensional juga mendapat
tantangan dari akuntansi islam, akuntansi pertambahan nilai, akuntansi sumber
daya manusia,dan pelaporan pegawai. Berbeda dengan akuntansi kovensional ,
akuntansi islam lebih menekan pada aspek pertanggungjawaban dengan penekan pada
keadilan dan kebenaran, bukan saja mengabdi kepada kepentingan pemegang saham
saja, tetapi juga semua pihak dan menaati semua hukum syariah. Fenomena ini
menunjukan ketidakpuasan terhadap akuntansi konvensional jika tidak ditanggapi
akan dapat menimbulkan krisis kepercayaan terhadap konvensional saat ini.
Akuntansi manajemen juga dapat
mempengaruhi eksistensi akuntansi keuangan. Fungsi akuntansi keuangan selama
ini menekan pada kepentingan public yang terkait dengan standar yang ditetapkan
oleh organisasi profesi atau regulator sehingga relevansinya terhadap
kepentingan manajemen kurang. Akuntansi manajemen dianggap memberikan informasi
yang lebih relevan untuk kepentingan pengambilan keputusan. Menurut penelitian
proses penurunan porsi penerimaan kantor akuntan dari jasa audit semakin lama
semakin menurun dan fungsi atau jasa konsultasi justru semakin meningkat.
Ketentuan itu adalah sebagai berikut :
·
Kantor
akuntan hanya boleh memberikan jasa information technology (IT) dan konsultasi
lainnya jika Komite Dewan Audit menerimanya.
·
Auditor
independen akan dinilai apakah investor yang biasa akan melihat ada tidaknya
konflik.
·
Auditor
tidak dapat melakukan tugas internal auditing melebihi 40%.
·
Perusahaan
harus mengungkapkan berapa mereka membayar untuk biaya audit, konsultasi, dan
jas pajak.
1.
Krisis akuntansi menurut Lev
Menurut Lev, akuntan bukan a good
eyesight. Apalagi jika ingin melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan aktiva
tidak berwujud seperti : ide, merk, cara kerja, goowill, franchises. Lev
mengambil contoh, didalam standart dan poor 500,500 perusahaan memiliki rasio
market to net value perusahaan (yang terdapat di neraca) lebih besar dari 6.
Ini berarti bahwa angka neraca yang di-supply oleh akuntansi keuangan hanya
menggambarkan 10-15% dari nilai perusahaan. Pada tahun 1929 rasio modal
intangible business yang cukup spektakuler. Produk intangible asset dapat
berupa :
·
Aktiva
yang dikaitkan dengan produk inovasi atau hasil R & D.
·
Aktiva
yang dikaitan menjual dengan merek (brand) perusahaan dengan mana perusahaan
menjual mereknya. Misalnya nike, reebok, mc Donald, dunhill.
·
Aktiva
structural yaitu kemampuannya melebihi perusahaan lain selaku kompetitornya
·
Monopoli,
perusahaan yang menikmati hak monopoli.
2.
Peringatan Belkaoui
Pada tahun 1989 Belkaoui menulis
buku dengan judul The Coming Crisis in Accounting yang membahas krisis
akuntansi yang mungkin muncul dari hal-hal sebagai berikut :
1.
Profesi akuntan
Dalam profesi akuntan terjadi penurunan remunerasi, penurunan
jumlah tenaga kerja, peningkatan porsi jasa konsultasi dan pengurangan jasa
akuntan/auditing. Akuntan yang selama ini dianggap borjius justru menjadi
proletar. Di samping itu, ada juga anggapan bahwa akuntan sebetulnya bukan
tergolong sebagai profesi karena ketidakmampuan menjadi independen dan otonom
dari langganannya dan kehilangan monopolinya atas jasa informasi akuntansi yang
saat ini banyak di-supply oleh IT.
2.
Kecurangan dalam lingkungan
akuntansi
Kecurangan adalah tindakan criminal. Banyak tindakan
kecurangan yang dilakukan korporasi maupun kecurangan yang melibatkan akuntan
khususnya melalui laporan keuangan. Public menganggap meningkatnya kecurangan
ini tidak lepas dari kegagalan profesi akuntan. Bahkan di tanah air akuntan
sering juga dicap”tukang angka” yang bias menentukan jumlah laba atau rugi
perusahaan. Kasus factual telah banyak terjadi mendukung anggapan ini sehingga
akuntan berada di ambang krisis.
3.
Menurunnya work load dalam proses
akuntansi
Karena kemajuan computer, tugas-tugas akuntansi sudah bias
dilakukan oleh software yang user friendly sehingga tidak memerlukan keahlian
akuntansi lagi. Dengan demikian, beban kerja dari seorang ahli akuntan semakin
terbatas yang akan menimbulkan krisis profesi akuntan.
4.
Iklim organisasi di kantor akuntan
Kantor akuntan adalah fakultas kedua setelah fakultas
ekonomi. Kantor akuntan hanya sebagai batu loncatan untuk memasuki dunia bisnis
lain yang lebih menggiurkan. Bahkan turn over perpindahan kerja, di kantor
akuntan cukup tinggi, career path tidak jelas, job description yang tidak
tegas, semakin kabur, dan bahkan semakin tingginya konflik internal dalam
kantor akuntan itu sendiri. Bahkan jasa yang akan dibolehkan diberikan oleh
akuntan semakin di atur dan dibatasi seperti baru-baru ini diberlakukan oleh
SEC di USA, di mana akuntan tidak bias bebas memberikan beberapa jasa pada
perusahaan yang sama karena dianggap mengurangi independensi.
5.
Problema produksi ilmu pengetahuan
dalam akuntansi
Ilmu pengetahuan paling tidak saat ini dari proses akademik
sedangkan akuntansi adalah kebutuhan profesi yang berkembang secara praktik
dalam dunia bisnis. Sering terjadi antara hasil proses ilmu pengetahuan dari
proses akademik sering tidak match atau tidak sesuai dengan keinginan atau
kebutuhan dunia praktik sehingga terjadi gap antara dunia akademis dengan dunia
profesi. Banyaknya keluhan ditemukan pasar bahwa apa yang diajarkan di bangku
kuliah tidak relevan dengan apa yang diinginkan pasar atau user dari tenaga
akuntan yang dihasilkan perguruan tinggi itu. Jika hal ini berjalan terus maka
akuntansi juga akan mengalami krisis.
Disamping itu, semua Belkaoui (2006) mempertanyakan apakah
akuntan itu benar sebagai profesi atau tidak . Menurut beliau paling tidak ada
persyaratan jika ingin disebut sebagai suatu profesi, yaitu :
·
Memiliki
disiplin ilmu pengetahuan
·
Otonom
dalam melaksanakan profesinya
·
Memiliki
perasaan solidaritas kelompok yang paling setia
·
Bisa
mengatur sendiri praktik
·
Memerlukan
izin praktik
·
Memiliki
kekuasaan atas langganannya
·
Memiliki
kode etik.
3.
Skandal korporasi
Skandal korporasi ini sebenarnya
bukan hal yang baru. Sejarah menunjukan bahwa manusia dengan segala kemajuan
dan perangkat social yang dimilikinya sudah didesain untuk menghindari
kemungkinan skandal itu. Skandal korporasi itu ada yang menggunakan teknik
akuntansi. Skandal korporasi yang terjadi belakangan ini terungkap, umumnya
menyangkut skandal akuntansi. Bahkan skandal ini sempat meruntuhkan salah satu
kantor akuntan besar Arthur Anderson di Amerika dan mengubah system
pertanggungjawaban korporasi di Amerika. Untuk mengasi itulah tidak kurang
presiden George bush jr melakukan pidato dan mengujungi NYSE dan pada tanggal
tangga 30 juli 2002 UU Corporate Accountability telah diundangkan. UU ini
diharapkan untuk dapat mengembalikan kepercayaan public terhadap perusahaan
Amerika yang sudah jatuh akibat berbagai skandal yang terjadi belakangan ini.
UU itu mencakup sebagai berikut :
·
Peningkatan
hukuman bagi pelaku kecurangan dan pemusnahan dokumen
·
Mewajibkan
CEO dan CFO perusahaan public untuk membuat pernyataan mengenai keakuratan
laporan keuangan serta bertanggung jawab jika terjadi kecurangan
·
Mewajibkan
SEC menunjukan badan pengawasan yang bekerja purna waktu dan mendisiplinkan
akuntan public pasar modal
·
Mencegah
KAP memberikan jasa konsultasi kepada perusahaan yang dia audit, menghentikan
setiap kecenderungan pertentangan kepentingan
·
Melarang
pinjaman pribadi dari perusahaan kepada pimpinan puncak dan direksi dan
mewajibkan orang dalam perusahaan memberikan informasi kepada SEC sesegera
mungkin jika terjadi pembelian atau penjualan saham perusahaan.
Respon Amerika terhadap skandal
besar 2002 ini cukup cepat kendatipun kemungkinan terjadinya kasus serupa di
masa yang akan datang masih mungkini. Sejauh ini memang skandal keuangan akibat
kesalahan akuntansi belum banyak terungkap karena dinaungi besarnya KKN.
4.
Alternative akuntansi konvensional
Skandal besar dalam korporasi
belakangan ini yang mempengaruhi industry keuangan, pasar modal, investor,
profesi dan karyawan menurut Bazerman et.al (2002) tidak lepas dari tindakan
korupsi, kriminalitas dari akuntan yang tidak memiliki etika yang memalsukan
angka-angka, melakukan penyelewengan baik untuk kepentingan pribadi maupun
untuk melindungi kliennya. Hal ini tidak terlepas dari factor “unconscious
bias” yang berasl dari sifat subjektif dari akuntansi itu sendiri serta
hubungan yang sangat erat antara akuntan public dan langganannya. Akuntansi
kapitalisme dinilai dituduh hanya sebagai bentuk kesadaran palsu yang
memistikkan. Akuntansi dituduh bukan memberikan informasi yang benar tentang
hubungan social yang harmonis. Ia hanya membungkus kepentingan ekonominya dalam
symbol efisiensi, laba rugi, produktifitas, dan sebagainya (Harahap,1993).
Dalam diri disiplin akuntansi konvensional itu sendiri lahir beberapa konsep
yang keluar dari mainstreamnya seperti munculnya socio economic accounting,
environmental accounting, employee reporting, human resoures accounting, value
added reporting, Islamic aceounting.Current Cost accounting (Belkaoui, 1984,
Harahap, 2003).
5.
Bazerman
Menurut Bazerman (2002) akuntan itu
memiliki unconscious bias, sesuatu bias yang terjadi tanpa disadarinya
disebabkan adanya “self serving bias”. Self serving bias ini muncul disebabkan
enam factor psikis : (1) ambiguity dari ilmu akuntansi karena banyaknya
persoalan yang memerlukan pertimbangan dan kebijakan subjektif ; (2)
attachement, terhadap kepentingan nasabah karena akuntan ditunjukan dan dibayar
oleh perusahaan; (3) approval, di mana akuntan selalu cenderung menerima dan
menyetujui judgment perusahaan; (4) familiarity merupakan sifat di mana kita
mengutamakan membela kenalan daripada orang asing yang belum dikenal; (5)
discounting di mana orang cenderung merespons akibat yang akan muncul segera
dan menunda risiko yang masih lama; (6) escalation merupakan kecenderungan
untuk menyembunyikan atau mengabaikan hal-hal yang bersifat minor. Auditor pada
akhirnya ikut menerima laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan.
6.
Albrecht dan Sack
Albrecht dan Sack (2000) melakukan
penelitian yang sangat intens tentang nasib pendidikan akuntansi di USA dan
mereka menyimpulkan bahwa profesi ini tengah mengalami bahaya disebabkan tiga
factor:
·
Jumlah
dan kualitas mahasiswa yang memilih jurusan akuntansi menurun secara drastic.
Mereka menganggap profesi ini tidak bernilai tinggi lagi dalam bekerja di dunia
bisnis.
·
Praktisi
dan akademis akuntansi yang ingin melanjutkan studi memilih jurusan yang bukan
akuntansi.
·
Tokoh
akuntan dan praktisinya menyatakan bahwa pendidikan akuntansi yang sekarang
sudah kuno, rusak, dan perlu diubah secara signifikan.
Memang situasi ini belum memasuki profesi di tanah air tetapi biasanya gelombangnya akan merambah praktisi di Negara lain karena sector ekonomi dan bisnis dikuasai oleh Amerika.
Memang situasi ini belum memasuki profesi di tanah air tetapi biasanya gelombangnya akan merambah praktisi di Negara lain karena sector ekonomi dan bisnis dikuasai oleh Amerika.
7.
Akuntansi, UKM dan dunia ketiga
Desain dari akuntansi yang saat ini
dikenal terutama yang diajarkan di perguruan tinggi lebih banyak untuk
kepentingan perusahaan besar dan perusahaan yang terdaftar di pasar modal.
Padahal sebagian besar perusahaan banyak tergolong perusahaan kecil dan titik
terdaftar di pasar modal sehingga akuntansinya juga mestinya memiliki
perbedaan. Salah seorang yang bergelut dengan sector usaha kecil dan koperasi
Thoby Mutis menyatakan betapa akuntansi konvensional tidak bias diandalkan
untuk membantu perusahaan UKM dan perusahaan yang tidak terdaftar di pasar
modal. Akuntansi untuk UKM dan koperasi harus memiliki sifat dan ciri
tersendiri.
8.
Jim Peterson
Dalam sebuah artikelnya di
International Herald Tribune tanggal 18-19 November 2006 halamn 17 dengan judul
yang sangat provokatif “ An Auditor’s Cry for Love? Saya terjemahkan dengan
“Auditor yangminta disayangi?” Jim Peterson mengemukakan isu yang sangat kritis
yang selam ini sudah menjadi buah bibir masyarakat, tetapi tidak pernah
dijadikan isu formal dalam profesi, yaitu apakah jasa akuntansi selam ini dalam
menyajikan informasi keuangan masih bermanfaat?
Beliau mengemukakan pada awal
November 2006 th Big Four ditambah dua lembaga besar, yaitu :
1. Deloittee
2. Ernest & Young
3. KPMG
4. Pricewaterhouse Coopers
5. Grant Thornton
6. BDO
Subscribe to:
Posts (Atom)